Profil Presiden Iran Ebrahim Raisi yang Meninggal dalam Kecelakaan Helikopter

Ditulis oleh Sandy Riadi

Ikuti Kami di Google News

Google News Ikuti +

Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang dikenal dengan pandangannya yang keras, telah lama disebut-sebut sebagai calon kuat penerus Pemimpin Tertinggi Iran dalam struktur teokrasi Syiah negara tersebut.

Pada usia 63 tahun, Raisi mengalami kecelakaan helikopter yang menambah sorotan terhadap perjalanan politiknya yang penuh kontroversi.

Pada hari Minggu, helikopter yang membawa Ebrahim Raisi mengalami “pendaratan keras,” sebuah insiden yang segera menarik perhatian .

Media pemerintah Iran menyampaikan ini dengan cepat, menimbulkan berbagai spekulasi tentang kondisi dan masa depan politik Raisi.

Baca Juga: Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Pejabat Tinggi Lainnya Meninggal Dunia

Profil Ebrahim Raisi Presiden Iran yang Meninggal dalam Kecelakaan Helikopter

Ebrahim Raisi sebelumnya memimpin peradilan Iran dan pernah mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2017, namun kalah dari Hassan Rouhani, seorang ulama moderat yang berhasil mencapai kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia pada tahun 2015 .

Raisi kembali mencalonkan diri pada pemilu 2021 dan memenangkan hampir 62% suara, meskipun pemilu tersebut mencatat partisipasi terendah dalam sejarah Republik Iran.

Banyak kandidat potensial dilarang mencalonkan diri, dan jutaan warga Iran memilih untuk tidak memberikan suara atau membatalkan suara mereka .

Kepemimpinan Raisi tidak lepas dari kontroversi, terutama terkait perannya dalam eksekusi massal tahanan politik pada tahun 1988.

Saat itu, setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini menerima gencatan senjata yang ditengahi PBB dengan Irak, Raisi menjadi bagian dari komisi yang mengadili tahanan politik secara cepat, yang banyak di antaranya dijatuhi hukuman mati.

Pada tahun 2019, Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada Raisi atas pengawasannya terhadap eksekusi ini dan tindakan kejam lainnya terhadap tahanan di Iran.

Sebagai presiden, Raisi mendukung kebijakan pengayaan uranium Iran hingga mendekati tingkat senjata dan menghambat inspeksi internasional, yang semakin memperburuk hubungan Iran dengan negara-negara Barat .

Di dalam negeri, Raisi mendukung tindakan keras terhadap protes dan perbedaan pendapat.

Pada tahun 2022, setelah kematian Mahsa Amini dan protes nasional yang menyusul, lebih dari 500 orang tewas dan lebih dari 22.000 ditahan.

Sebuah panel investigasi PBB menemukan bahwa Iran bertanggung jawab atas kekerasan fisik yang menyebabkan kematian Amini setelah penangkapannya karena tidak memakai hijab sesuai aturan .

Kepemimpinan Raisi menandai periode penting dalam sejarah Iran, di mana negara tersebut menghadapi tantangan besar baik di dalam maupun luar negeri.

Kecelakaan helikopter yang dialaminya baru-baru ini menambah babak baru dalam perjalanan politiknya yang sudah penuh dengan kontroversi dan kritik.

Insiden ini juga menimbulkan pertanyaan tentang stabilitas politik di Iran dan masa depan kepemimpinan Raisi.

Apakah informasi ini membantu?
IyaTidak

Artikel Terbaru